Tadi pagi waktu Jakarta, saya mendengar berita duka kematian seorang tokoh jurnalis atau wartawan senior Papua, Amir Hamzah Siregar, yang sangat saya hormati.
Saya secara pribadi berterima kasih, karena Abang Amir Siregar, adalah wartawan senior Papua, yang pertama kali mempromosikan nama saya kepada media massa lokal di Papua, dan kepada publik.
Saya ingat betul, empat bulan pasca Uncen berdarah, 16 Maret 2006, Bang Amir Siregar kontak saya, dan minta jadi narasumber dialog di salah satu TV lokal Papua.
Kata bang Amir, apakah Marinus berani, kita dialog topik ๐ฅ๐ฒ๐ณ๐ฒ๐ฟ๐ฒ๐ป๐ฑ๐๐บ ๐ฃ๐ฎ๐ฝ๐๐ฎ ๐จ๐ป๐๐๐ธ ๐ฃ๐ฒ๐ป๐ฒ๐ป๐๐๐ฎ๐ป ๐ก๐ฎ๐๐ถ๐ฏ ๐ฆ๐ฒ๐ป๐ฑ๐ถ๐ฟ๐ถ. Saya langsung menyatakan sangat siap dan topik ini sangat menantang kualitas keilmuwan saya.
Ketika saya tiba di tempat dialog, di halaman parkiran PTC Entrop, Jayapura, sudah ada dua tokoh senior Papua yang saya hormati, sebagai narasumber lain. Abang Taha Al-hamid dan kakak jago Yance Kayame ( alm ), anggota DPRP Papua.
Sebelum dialog, situasi keamanan di sekitar lokasi acara cukup tegang. Banyak wartawan gandungan bermunculan. Mereka mau juga merekam langsung jalannya dialog.
Bang Amir memberikan kesempatan pertama kepada saya untuk bicara ttg topik Referendum Papua, berbasis penelitian saya tentang Referendum Timor Leste. Karena memang saya baru pulang dari negara tersebut. Saya tinggal selama 2 bulan lebih di negara tersebut.
Ketika giliran narasumber berikut, Abang Taha Al-hamid, ketika sedang berbicara, tiba – tiba Abang Taha terganggu dengan sikap dua wartawan ” asing ” yang ikut merekam pembicaraan dengan kamera video mereka.
Abang Taha langsung berdiri tinggalkan kursinya, menuju dua wartawan tersebut, dan anak – anak Papua yang ikut kawal dan jaga Bang Taha dan kakak Yance Kayame, langsung baku pukul dan baku tumbu rameh dengan para wartawan – wartawan asing tersebut.
Para wartawan tersebut mencabut pistolnya, dan terjadi tembak – tembakan. Situasi kacau di lapangan parkir PTC. Anggota Polres Jayapura tiba dan situasi bisa dikendalikan.
Saya sudah langsung kabur dari lokasi. Malamnya Kapolres Jayapura, Robert Djoensoe telpon saya dan tanya, ade posisi dimana. Ade Marinus aman ka?. Saya jawab, kk kapolres, saya aman dan sudah tiba di kampung di lembah grime.
Dan sejak peristiwa keributan di PTC Entrop ini, Bang Amir makin bersemangat jadikan saya sebagai narasumber utama dialog isu – isu Papua strategis yang dipandu olehnya. Terimakasih bang Amir untuk kepercayaan dan promosikan saya di mata publik.
Saya atas nama pribadi dan keluarga, sekali lagi berterima kasih sebesar – besarnya kepada Abang Amir dan juga mengucapkan turut berduka cita kepada keluarga besar Siregar, dan selamat jalan Abangku.
Semoga Allah SWT menerimah Abang disisi-Nya.
Marinus Yaung
Dosen Universitas Cenderawasih.